KONEKSI
ANTAR MATERI 3.1
ATIKA
ZAQIYATUT T.H.
Kegiatan Pemantik:
Bacalah
kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:
“Mengajarkan
anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama
adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
·
Dari kutipan
di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari
saat ini?
Saat ini saya mempelajari materi
yang berkaitan dengan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan
sebagai pemimpin. Kaitan kutipan diatas dengan proses pembelajaran saat ini
yakni seorang guru sering kali mengalami permasalahan mengenai dilema etika
ataupun bujukan moral yang mana harus mengambil keputusan dari permasalahan
yang ada. Dilema etika misalnya, hal-hal sama baiknya akan muncul menjadi
permasalahan namun ada yang kiranya lebih baik untuk diambil menjadi suatu
penyelesaian.
Contoh lain seorang pendidik dengan
dihadapkan pada dilema etika antara mengajar materi dan mengejar ketuntasan
materi, ataukah mengajarkan makna, proses dan penerapannya yang membutuhkan
waktu lama namun anak memahami setiap tahapan sehingga menghasilkan yang
terbaik.
·
Bagaimana
nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan
keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
Nilai-nilai dalam suatu pengambilan
keputusan harus sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dimana dapat dipertanggung
jawabkan dan berpihak pada murid sehingga tercipta lingkungan yang aman,
nyaman, dan terhindar dari perselisihan.
·
Bagaimana
Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses
pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
Guru sebagai pemimpin pembelajaran
harus dapat menjadi among yakni dapat mendampingi, mendorong, dan menuntun
kekuatan murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya agar murid dapat mencapai
kebahagiaan dan keselamatan yang
setinggi-tingginya. Sedangan guru dalam pengambilan keputusan harus berpihak
pada murid, berlandaskan nilai nilai kebajikan universal yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan melihat kebutuhan belajar dan karakter anak
sehingga dapat diimplementasikan dan diintegrasikan dalam pembelajaran
berdiferensiasi pada kompetensi sosial emosional.
Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses
pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.
Education is the
art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Menurut saya, maksud dari kutipan di atas yaitu dalam
kehidupan manusia dihadapkan dengan permasalahan baik dilema etika maupun
bujukan moral. Untuk memandu dalam mengambil keputusan (penyelesaian masalah)
dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun
bujukan moral yang membingungkan, ada 9 langkah yang dapat dilakukan. Sembilan
langkah ini digunaka sebagai pedoman untuk berperilaku secara etis sesuai
dengan nilai-nilai kebajikan. RANGKUMAN
(KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1) |
1. Bagaimana filosofi
Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan
pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
www.google.com
Filosofi Ki Hajar
Dewantara dengan Pratap Triloka sudah menjadi pedoman dalam pendidikan. Pratap
Triloka ini juga memiliki kaitan dalam penerapan pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran. Semboyan yang menjadi landasan tersebut yaitu Ing Ngarsa
Sung Tuladha, Ing Madya Mangunkarsa, Tut Wuri Handayani.
Perlu diingat kembali,
Ing Ngarsa Sung Tuladha berarti didepan mampu memberikan suri tauladan atau
contoh yang baik. Dalam penerapan pengambilan keputusan, guru harus
menganalisis terlebih dahulu, dan sebagai pemimpin guru hendaknya memberi
teladan yang bijaksana dalam memutuskan suatu dilema etika maupun bujukan
moral. Dari keteladanan guru inilah diharapkan murid dapat mencontoh praktik
baik itu.
Ing Madya Mangunkarsa
artinya seseorang ditengah mampu membangkitkan atau menggugah semangat,
memberdayakan, dan membuat orang lain memiliki kemampuan untuk memperbaiki
kualitas diri. Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran dapat
memberikan alternatif penyelesaian dengan memberikan kesempatan murid untuk
memperbaiki dirinya, memotivasi dengan integrasi restitusi, menggunakan
nilai-nilai kebajikan untuk mengarahkan murid kembali ke jalan yang terbaik.
Guru mampu memberika semangat agar tujuan dari pembelajaran tercapai.
Sedangkan Tut Wuri
Handayani yang artinya seseorang mampu memberikan dorongan moral dan semangat
kerja dari belakang. Semboyan yang luar biasa bermakna ini menjadikan guru
sebagai pemimpin pembelajaran mampu mendukung murid, memberikan motivasi,
dorongan, dan semangat dari berbagai situasi dan kondisi.
2. Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
www.google.com
Sebagai pendidik dan pemimpin
pembelajaran, guru harus memiliki peran dan nilai-nilai positif yang digunakan
sebagai pedoman atau prinsip dalam pengambilan keputusan. Peran guru sebagai
pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik,
aktif, proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya, coach bagi guru lain,
mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid perlu
dimiliki oleh seorang guru agar prinsip dalam pengambilan keputusan dapat
dipertanggung jawabkan. Selain itu, guru juga harus memiliki nilai-nilai
seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid.
Guru mampu membedakan antar dilema etika (benar lawan benar) dan bujukan moral
(benar lawan salah) agar dapat berpikir secara seksaman, kreatif, dan mampu
menerima masukan untuk dapat mengambil keputusan yang tepat.
Pengambilan keputusan pastilah
dibentuk dari nilai dan peran individu guru itu sendiri. Nilai kebajikan dan
integritas pendidik menggambarkan dirinya dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang tepat akan tergambar dari
hasil nilai dan peran yang dipegang dan dijalankan selama ini. Resiko kegagalan
dalam pengambilan keputusan akan sangat kecil jika kita memperhatikan
nilai-nilai kebajikan, peran guru, dan implementasi dari pembelajaran sosial
emosional yang selama ini telah dijalankan, serta terbiasa dengan melakukan
pengambilan keputusan sesuai dengan 9 prinsip yang telah dipelajari.
3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan
dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan
tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas
pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh
sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
www.google.com
Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan
‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam
perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan
keputusan yang telah kita ambil sangatlah jelas dan sangat bermanfaat. Saya
lebih paham akan prinsip pengambilan keputusan dengan kegiatan coaching dimana
coaching sendiri memiliki tujuan yang baik yakni mengarahkan dalam penyelesaian
masalah bukan untuk memberikan penyelesaian. Coaching berguna untuk
memaksimalkan potensi dari coachee sendiri. Coach harus mampu menggali
kemampuan dari coachee. Keterampilan coaching tersebut diantaranya
mampu memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki pembawaan yang positif,
kemampuan mendengarkan dan memotivasi, bisa memandu percakapan, berkomitmen untuk
terus belajar.
Coaching
juga mempunyai alur untuk dapat dilakukan sesuai tahapan yakni alur TIRTA yang
merupakan kepanjangan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan TAnggungjawab.
Alur ini sangat cocok dan dapat dikolaborasikan dengan langkah pengujian
pengambilan keputusan.
Kegiatan coaching dengan fasilitator
dalam pengambilan keputusan tersebut telah efektif, sangat membantu dalam
evaluasi atas pilihan yang saya buat, dan hanya perlu adanya kekonsistenan
dalam penerapannya. Poin yang perlu ditekankan yakni pengambilan keputusan
harus dapat dipertanggungjawabkan, berpihak pada murid, sesuai dengan
nilai-nilai kebajikan universal. Pengambilkan keputusan dengan teknik coaching membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan
pertanyaan untuk memprediksi hasil dan pilihan yang berbeda. Coaching membantu
guru dalam mengidentifikasi permasalahan sehingga keputusan yang tepat sesuai
tujuan pun dapat diambil. Sesi coaching pun boleh tidak hanya sekali. Apabila
berbagi pengalaman dirasa perlu dan diminta oleh coachee menjadi sah sehingga
muncul opsi trilema akan lebih baik sehingga coachee dapat mendapatkan
penyelesaian yang tak terduga dari pengalaman seorang coach.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan
menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu
keputusan khususnya masalah dilema etika?
www.google.com
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek
sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan
khususnya masalah dilema etika. Guru yang memiliki kesadaran diri yang baik
akan menunjukkan integritas dalam mengambil keputusan. Kemampuan untuk
mengelola emosi, pikiran dan perilaku dalam hal atau situasi apapun menjadikan
tujuan tercapai termasuk dalam pengambilan keputusan. Dalam mencari solusi dari
suatu permasalahan perlu adanya tahapan dimana guru harus berpikir secara
tenang, tidak terburu-buru, dapat mengatur emosi diri, berpikir tentang orang
lain (empati), kemampuan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung
jawab. Jika dihadapkan dengan masalah dan menyelesaikan dengan tanpa berpikir
panjang akan memperbesar kegagalan yang akan ditimbukan. Pilihan-pilihan dalam
pengambilan keputusan harus berdasarkan sosial emosi yang ada pada diri pada
akhirnya akan mendapatkkan hasil yang dapat dipertanggung jawabkan.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada
masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang
pendidik?
www.google.com
Nilai-nilai
kebajikan yang dianut oleh pendidik seperti tanggung jawab, keadilan,
kemanusiaan, kejujuran, integritas dan lain sebagainya akan sangat
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan nilai yang
diyakini menjadi pedoman dari individu seorang guru dalam analisis kasus baik
dilema etika maupun bujukan moral. Alih-alih langsung mengambil keputusan
tanpa menilainya dengan lebih seksama, penting bagi guru untuk
mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi, memastikan bahwa masalah yang dihadapi
memang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar masalah yang
berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. |
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat,
tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak
pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Hal ini
sangat tepat sekali, dimana dalam pengambilan keputusan yang tepat resiko untuk
gagal menjadi sangat kecil. Semua aspek menerima akan hasil yang akan tercipta
dari keputusan itu. Lingkungan yang memiliki potensi dan keragaman berbeda akan
bersatu padu atas akibat yang ditimbulkan dari keputusan yang tepat dimana
semua elemen merupakan mitra bukan saingan.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu untuk
mengembangkan, menyatukan segala perbedaan dan mengkolaborasikan potensi yang
ada, baik dari murid, rekan guru, lingkungan bahkan orang tua. Kesepakatan
antara semua pihak akan memudahkan dalam pencapaian lingkungan yang positif
ini.
Guru
sebagai pendidik harus mengambil keputusan yang tepat yaitu berpihak pada
murid, mengandung nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggungjawabkan.
Jika keputusan yang diambil tepat maka lingkungan pasti akan menerima. Untuk
mengambil keputusan yang tepat, perlu adanya analisa masalah berdasarkan 4
paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan,
sehingga keputusan yang diambil bisa membangun lingkungan positif, kondusif,dan
nyaman.
7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan
Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema
etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan-tantangan di lingkungan untuk dapat menjalankan
pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika pastilah ada. Tantangan
itu misalnya :
1. Keputusan
yang diambil secara langsung tanpa melalui tahapan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang tepat sehingga berdampak pada
resiko yang besar dan lingkungan tidak kondusif.
2.
Pemikiran
dari individu atau kelompok yang tidak setuju akan hasil keputusan (paradigma
individu lawan kelompok). Pro dan Kontra dari suatu kesepakatan dalam suatu
instansi adalah hal yang wajar karena setiap individu memiliki pemikiran
masing-masing. Hal inilah yang dapat diminimalisir dengan diajaknya semua
anggota kelompok dalam berkoordinasi berkolaborasi untuk mencapai tujuan.
Tantangan-tantangan
ini dapat diminimalisir dengan penggunaan 4
paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Penggunaan prinsip 4-3-9 menjadikan keputusan tadi diyakini akan bisa mengakomodasi
seluruh kepentingan pihak-pihak yang terlibat, sehingga terciptanya lingkungan
yang positif, kondusif, kondusif dan nyaman.
8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita
ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana
kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang
berbeda-beda?
Pengambilan keputusan yang diambil ini sangat
berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid-murid dan penangaruhnya
terhadap potensi murid yang berbeda. Hal ini dikarenakan tujuan dari
pemngambilan keputusan haruslah berpihak pada murid, dapat dipertanggung
jawabkan dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal.
Keputusan dalam pembelajaran untuk memerdekaan murid
haruslah diawali dengan kebutuhan belajar murid. Kebutuhan belajar murid yakni
kesiapan, minat, dan profil belajarnya. Setelah mengetahui kebutuhan belajar
murid tersebut, guru dapat melakukan pembelajaran yang berdiferensiasi sesuai
dengan potensi murid masing-masing. Pembelajaran berdiferensiasi itu mulai dari
diferensiasi konten, proses, atau produk.
Selain hal diatas, kita sebagai guru pun sudah paham
betul akan tujuan dari pembelajaran sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara
yaitu memberikan keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagai
guru yang menjadi pemimpin pembelajaran, kita mampu memerdekaan murid, menjadi
among, menuntun murid dengan potensi masing-masing sesuai kodrat alam dan
zaman.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam
mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
Pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat
mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Hal ini guru harus mampu
melakukan pengambilan keputusan yang bijaksana, berpikir secara matang, tidak
terburu-buru, melakukan tahapan pengambilan keputusan dengan prinsip 4-3-9 (4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan).
Suatu
keputusan akan mengakibatkan berbagai macam dampak baik segi anggota,
lingkungan, bahkan masyarakat. Dampak yang terjadi akibat dari suatu keputusan
akan secara terus menerus berkesinambungan. Apalagi keputusan yang diambil oleh
guru yang diibaratkan sebagai petani yang menanam benih, benih yang ditanam dan
dirawat sesuai dengan kondisinya pasti akan tumbuh dengan baik. Begitu juga
dengan keputusan dari seorang guru akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan
atau masa depan muridnya.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda
tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari
pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya
yaitu
- Pengambilan
keputusan berlandaskan tujuan pembelajaran yakni mewujudkan keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya dan berlandaskan filosofi Ki Hajar
Dewantara (KHD) dengan Pratap Triloka yang sudah menjadi semboyan yang
mendarah daging dalam pendidikan di Indonesia. Semua keputusan diambil
untuk memerdekakan murid, memfasilitasi dan menuntun keberhasilan murid
sesuai dengan potensi masing-masing.
- Pengambilan keputusan harus berdasarkan
nilai dan peran guru dimana nilai-nilai dan peran tersebut akan menjadi
pedoman dalam pengambilan keputusan.
- Pengambilan keputusan
berlandaskan nilai-nilai kebajikan (budaya positif) dan menggunakan alur
BAGJA sehingga lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being) tercapai.
- Kemampuan guru dalam mengelola
dan menyadari kebutuhan belajar murid akan berpengaruh terhadap pengambilan
suatu keputusan. Pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan
memahami kebutuhan belajar muridnya agar potensi yang dimiliki dari
masing-masing anak dapat dimaksimalkan pencapaiannya.
- Dalam pengambilankeputusan seorang
guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness),
terbiasa dengan managemen diri, kemampuan berelasi, mampu mengambil
keputusan yang bertanggung jawab, kesadaran sosial dengan baik. Guru yang memiliki sosial
emosional yang baik akan menunjukkan integritas dalam mengambil keputusan.
Kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran dan perilaku dalam hal atau
situasi apapun menjadikan tujuan tercapai termasuk dalam pengambilan
keputusan sehingga dalam menghantarkan
muridnya menuju profil pelajar Pancasila tercapai.
- Pengambilan keputusan dengan keterampilan
coaching, coach harus memiliki keterampilan menggali kemampuan orang lain
dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi coachee. Keterampilan
coaching tersebuat diantaranya yaitu mampu memberikan pertanyaan yang
berbobot, memiliki pembawaan yang positif, kemampuan mendengarkan dan
memotivasi, bisa memandu percakapan, berkomitmen untuk terus belajar.
Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan alur Tujuan, Identifikasi, Rencana
aksi, dan Tanggungjawab (TIRTA).
- Dalam
penyelesaian permasalahan perlu adanya tahapan yang dilakukan yaitu analisa
4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Prinsip
tersebut harus tetap berpihak pada murid, dapat dipertanggung jawabkan dan
berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal.
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep
yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4
paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar
dugaan?
· Perbedaan anatar dilema etika dan
bujukan moral yang sudah sangat jelas. Dilema etika merupakan situasi yang
terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan keduanya secara moral
benar namun saling bertentangan. Sedangkan bujukan moral yaitu situasi dimana
sesorang harus mengambil keputusan antara benar atau salah.
· 4 Paradigma pengambilan keputusan
yaitu
o Individu lawan kelompok (individual vs community)
o Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
o Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
o Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
·
3 Prinsip
pengambilan keputusan yaitu
o Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
o Berpikir BerbasisPeraturan (Rule-Based Thinking)
o Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
· 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan
1.
Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang
saling bertentangan
2.
Menentukan siapa yang terlibat dalam
situasi ini
3.
Mengumpulkan fakta-fakta yang
relevan dalam situasi ini
4.
Pengujian benar atau salah (uji
legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)
5.
Pengujian paradigma benar atau salah
6.
Prinsip pengambilan keputusan
7.
Investigasi tri lema
8.
Buat keputusan
9.
Meninjau kembali keputusan dan
refleksikan
Dalam pengambilan keputusan prinsip
berpihak kepada murid tetap menjadi pedoman didalamnya, tidak hanya dapat di
pertanggung jawabkan, nilai-nilai kebajikan juga dijunjung tinggi. Hal tak
terduga setelah mempelajari modul ini yakni pengambilan keputusan tidak hanya
menarik kesimpulan dengan mengambil jalan terbaik. Ada beberapa tahapan yang
digunakan untuk meminimalisir terjadinya kegagalan dalam mencari solusi.
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda
menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema?
Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah. Hal-hal yang dibahas dalam modul ini banyak dan
sering terjadi permasalahan yang ada dalam kehidupan. Perbedaan ketika sebelum
mempelajari modul ini, kita dalam mengambil keputusan hanya sekedar
menganalisi, mencari saran dari yang lebih senior ataupun mencari solusi
melalui musyawarah mufakat. Setelah mempelajari modul, kita lebih tahu tahapan
yang tepat dari pengambilan keputusan dengan 4 paradigma pengambilan keputusan,
3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat
Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan
sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak setelaj mempelajari modul ini yaitu dalam
pengambilan keputusan lebih yakin dan mantab karena sudah mengetahui proses
yang harus dijalankan. Selama ini, sebelum mempelajari modul saya dalam
mengambil keputusan masih adanya keraguan, belum adanya kepercayaan dalam diri
dalam mencari solusi.
Seperti layaknya orang yang belum berpedoman pasti
masih kesana kemari dalam pengambilann keputusan. Setelah mempelajari modul,
dirasa dampak yang ada yaitu meminimalisir dampak negatif yang akan terjadi
karena sudah melalui beberapa tahapan pengujian.
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi
Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Mempelajari modul ini
sangatlah penting sebagai individu maupun pemimpin. Hal ini dikarenakan manusia
tak luput dari permasalahan. Baik itu permasalahan yang sifatnya dilema etika
maupun bujukan moral. Dalam permasalahan kita pasti akan mencari solusi
terbaik, mencari solusi dengan langkah dan tahapan yang tepat, memaksimalkan
dampak positif yang ditimbulkan dari pengambilan keputusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar