Selasa, 02 Mei 2023

KONEKSI ANTAR MATERI 3.1 (PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN)

 

KONEKSI ANTAR MATERI 3.1

ATIKA ZAQIYATUT T.H.

 

Kegiatan Pemantik:

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

·          Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Saat ini saya mempelajari materi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Kaitan kutipan diatas dengan proses pembelajaran saat ini yakni seorang guru sering kali mengalami permasalahan mengenai dilema etika ataupun bujukan moral yang mana harus mengambil keputusan dari permasalahan yang ada. Dilema etika misalnya, hal-hal sama baiknya akan muncul menjadi permasalahan namun ada yang kiranya lebih baik untuk diambil menjadi suatu penyelesaian.

Contoh lain seorang pendidik dengan dihadapkan pada dilema etika antara mengajar materi dan mengejar ketuntasan materi, ataukah mengajarkan makna, proses dan penerapannya yang membutuhkan waktu lama namun anak memahami setiap tahapan sehingga menghasilkan yang terbaik.

·          Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Nilai-nilai dalam suatu pengambilan keputusan harus sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dimana dapat dipertanggung jawabkan dan berpihak pada murid sehingga tercipta lingkungan yang aman, nyaman, dan terhindar dari perselisihan.

·          Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat menjadi among yakni dapat mendampingi, mendorong, dan menuntun kekuatan murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya agar murid dapat mencapai kebahagiaan  dan keselamatan yang setinggi-tingginya. Sedangan guru dalam pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, berlandaskan nilai nilai kebajikan universal yang dapat dipertanggungjawabkan dengan melihat kebutuhan belajar dan karakter anak sehingga dapat diimplementasikan dan diintegrasikan dalam pembelajaran berdiferensiasi pada kompetensi sosial emosional.

 

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Menurut saya, maksud dari kutipan di atas yaitu dalam kehidupan manusia dihadapkan dengan permasalahan baik dilema etika maupun bujukan moral. Untuk memandu dalam mengambil keputusan (penyelesaian masalah) dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada 9 langkah yang dapat dilakukan. Sembilan langkah ini digunaka sebagai pedoman untuk berperilaku secara etis sesuai dengan nilai-nilai kebajikan.

 

RANGKUMAN (KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1)

 

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?



www.google.com

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka sudah menjadi pedoman dalam pendidikan. Pratap Triloka ini juga memiliki kaitan dalam penerapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semboyan yang menjadi landasan tersebut yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangunkarsa, Tut Wuri Handayani.

Perlu diingat kembali, Ing Ngarsa Sung Tuladha berarti didepan mampu memberikan suri tauladan atau contoh yang baik. Dalam penerapan pengambilan keputusan, guru harus menganalisis terlebih dahulu, dan sebagai pemimpin guru hendaknya memberi teladan yang bijaksana dalam memutuskan suatu dilema etika maupun bujukan moral. Dari keteladanan guru inilah diharapkan murid dapat mencontoh praktik baik itu.

Ing Madya Mangunkarsa artinya seseorang ditengah mampu membangkitkan atau menggugah semangat, memberdayakan, dan membuat orang lain memiliki kemampuan untuk memperbaiki kualitas diri. Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran dapat memberikan alternatif penyelesaian dengan memberikan kesempatan murid untuk memperbaiki dirinya, memotivasi dengan integrasi restitusi, menggunakan nilai-nilai kebajikan untuk mengarahkan murid kembali ke jalan yang terbaik. Guru mampu memberika semangat agar tujuan dari pembelajaran tercapai.

Sedangkan Tut Wuri Handayani yang artinya seseorang mampu memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Semboyan yang luar biasa bermakna ini menjadikan guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu mendukung murid, memberikan motivasi, dorongan, dan semangat dari berbagai situasi dan kondisi.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?



www.google.com

Sebagai pendidik dan pemimpin pembelajaran, guru harus memiliki peran dan nilai-nilai positif yang digunakan sebagai pedoman atau prinsip dalam pengambilan keputusan. Peran guru sebagai pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya, coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid perlu dimiliki oleh seorang guru agar prinsip dalam pengambilan keputusan dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, guru juga harus memiliki nilai-nilai seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Guru mampu membedakan antar dilema etika (benar lawan benar) dan bujukan moral (benar lawan salah) agar dapat berpikir secara seksaman, kreatif, dan mampu menerima masukan untuk dapat mengambil keputusan yang tepat.

Pengambilan keputusan pastilah dibentuk dari nilai dan peran individu guru itu sendiri. Nilai kebajikan dan integritas pendidik menggambarkan dirinya dalam pengambilan keputusan.  Keputusan yang tepat akan tergambar dari hasil nilai dan peran yang dipegang dan dijalankan selama ini. Resiko kegagalan dalam pengambilan keputusan akan sangat kecil jika kita memperhatikan nilai-nilai kebajikan, peran guru, dan implementasi dari pembelajaran sosial emosional yang selama ini telah dijalankan, serta terbiasa dengan melakukan pengambilan keputusan sesuai dengan 9 prinsip yang telah dipelajari.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.



www.google.com

Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil sangatlah jelas dan sangat bermanfaat. Saya lebih paham akan prinsip pengambilan keputusan dengan kegiatan coaching dimana coaching sendiri memiliki tujuan yang baik yakni mengarahkan dalam penyelesaian masalah bukan untuk memberikan penyelesaian. Coaching berguna untuk memaksimalkan potensi dari coachee sendiri. Coach harus mampu menggali kemampuan dari coachee. Keterampilan coaching tersebut diantaranya mampu memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki pembawaan yang positif, kemampuan mendengarkan dan memotivasi, bisa memandu percakapan, berkomitmen untuk terus belajar.

Coaching juga mempunyai alur untuk dapat dilakukan sesuai tahapan yakni alur TIRTA yang merupakan kepanjangan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan TAnggungjawab. Alur ini sangat cocok dan dapat dikolaborasikan dengan langkah pengujian pengambilan keputusan.

Kegiatan coaching dengan fasilitator dalam pengambilan keputusan tersebut telah efektif, sangat membantu dalam evaluasi atas pilihan yang saya buat, dan hanya perlu adanya kekonsistenan dalam penerapannya. Poin yang perlu ditekankan yakni pengambilan keputusan harus dapat dipertanggungjawabkan, berpihak pada murid, sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal. Pengambilkan keputusan dengan teknik coaching membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan untuk memprediksi hasil dan pilihan yang berbeda. Coaching membantu guru dalam mengidentifikasi permasalahan sehingga keputusan yang tepat sesuai tujuan pun dapat diambil. Sesi coaching pun boleh tidak hanya sekali. Apabila berbagi pengalaman dirasa perlu dan diminta oleh coachee menjadi sah sehingga muncul opsi trilema akan lebih baik sehingga coachee dapat mendapatkan penyelesaian yang tak terduga dari pengalaman seorang coach.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?



www.google.com

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika. Guru yang memiliki kesadaran diri yang baik akan menunjukkan integritas dalam mengambil keputusan. Kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran dan perilaku dalam hal atau situasi apapun menjadikan tujuan tercapai termasuk dalam pengambilan keputusan. Dalam mencari solusi dari suatu permasalahan perlu adanya tahapan dimana guru harus berpikir secara tenang, tidak terburu-buru, dapat mengatur emosi diri, berpikir tentang orang lain (empati), kemampuan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Jika dihadapkan dengan masalah dan menyelesaikan dengan tanpa berpikir panjang akan memperbesar kegagalan yang akan ditimbukan. Pilihan-pilihan dalam pengambilan keputusan harus berdasarkan sosial emosi yang ada pada diri pada akhirnya akan mendapatkkan hasil yang dapat dipertanggung jawabkan.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?



www.google.com

Nilai-nilai kebajikan yang dianut oleh pendidik seperti tanggung jawab, keadilan, kemanusiaan, kejujuran, integritas dan lain sebagainya akan sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan nilai yang diyakini menjadi pedoman dari individu seorang guru dalam analisis kasus baik dilema etika maupun bujukan moral. Alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih seksama, penting bagi guru untuk mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi, memastikan bahwa masalah yang dihadapi memang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial.

 

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.



Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Hal ini sangat tepat sekali, dimana dalam pengambilan keputusan yang tepat resiko untuk gagal menjadi sangat kecil. Semua aspek menerima akan hasil yang akan tercipta dari keputusan itu. Lingkungan yang memiliki potensi dan keragaman berbeda akan bersatu padu atas akibat yang ditimbulkan dari keputusan yang tepat dimana semua elemen merupakan mitra bukan saingan.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu untuk mengembangkan, menyatukan segala perbedaan dan mengkolaborasikan potensi yang ada, baik dari murid, rekan guru, lingkungan bahkan orang tua. Kesepakatan antara semua pihak akan memudahkan dalam pencapaian lingkungan yang positif ini.

Guru sebagai pendidik harus mengambil keputusan yang tepat yaitu berpihak pada murid, mengandung nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggungjawabkan. Jika keputusan yang diambil tepat maka lingkungan pasti akan menerima. Untuk mengambil keputusan yang tepat, perlu adanya analisa masalah berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga keputusan yang diambil bisa membangun lingkungan positif, kondusif,dan nyaman.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan-tantangan di lingkungan untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika pastilah ada. Tantangan itu misalnya :

1. Keputusan yang diambil secara langsung tanpa melalui tahapan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang tepat sehingga berdampak pada resiko yang besar dan lingkungan tidak kondusif.

2. Pemikiran dari individu atau kelompok yang tidak setuju akan hasil keputusan (paradigma individu lawan kelompok). Pro dan Kontra dari suatu kesepakatan dalam suatu instansi adalah hal yang wajar karena setiap individu memiliki pemikiran masing-masing. Hal inilah yang dapat diminimalisir dengan diajaknya semua anggota kelompok dalam berkoordinasi berkolaborasi untuk mencapai tujuan.

Tantangan-tantangan ini dapat diminimalisir dengan penggunaan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Penggunaan prinsip 4-3-9 menjadikan keputusan tadi diyakini akan bisa mengakomodasi seluruh kepentingan pihak-pihak yang terlibat, sehingga terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, kondusif dan nyaman.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang diambil ini sangat berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid-murid dan penangaruhnya terhadap potensi murid yang berbeda. Hal ini dikarenakan tujuan dari pemngambilan keputusan haruslah berpihak pada murid, dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal.

Keputusan dalam pembelajaran untuk memerdekaan murid haruslah diawali dengan kebutuhan belajar murid. Kebutuhan belajar murid yakni kesiapan, minat, dan profil belajarnya. Setelah mengetahui kebutuhan belajar murid tersebut, guru dapat melakukan pembelajaran yang berdiferensiasi sesuai dengan potensi murid masing-masing. Pembelajaran berdiferensiasi itu mulai dari diferensiasi konten, proses, atau produk.

Selain hal diatas, kita sebagai guru pun sudah paham betul akan tujuan dari pembelajaran sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu memberikan keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagai guru yang menjadi pemimpin pembelajaran, kita mampu memerdekaan murid, menjadi among, menuntun murid dengan potensi masing-masing sesuai kodrat alam dan zaman.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Hal ini guru harus mampu melakukan pengambilan keputusan yang bijaksana, berpikir secara matang, tidak terburu-buru, melakukan tahapan pengambilan keputusan dengan prinsip 4-3-9 (4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan).

Suatu keputusan akan mengakibatkan berbagai macam dampak baik segi anggota, lingkungan, bahkan masyarakat. Dampak yang terjadi akibat dari suatu keputusan akan secara terus menerus berkesinambungan. Apalagi keputusan yang diambil oleh guru yang diibaratkan sebagai petani yang menanam benih, benih yang ditanam dan dirawat sesuai dengan kondisinya pasti akan tumbuh dengan baik. Begitu juga dengan keputusan dari seorang guru akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan atau masa depan muridnya.

10. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya yaitu

  • Pengambilan keputusan berlandaskan tujuan pembelajaran yakni mewujudkan keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya dan berlandaskan filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD) dengan Pratap Triloka yang sudah menjadi semboyan yang mendarah daging dalam pendidikan di Indonesia. Semua keputusan diambil untuk memerdekakan murid, memfasilitasi dan menuntun keberhasilan murid sesuai dengan potensi masing-masing.
  • Pengambilan keputusan harus berdasarkan nilai dan peran guru dimana nilai-nilai dan peran tersebut akan menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan.
  • Pengambilan keputusan berlandaskan nilai-nilai kebajikan (budaya positif) dan menggunakan alur BAGJA sehingga lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being) tercapai.
  • Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari kebutuhan belajar murid akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan. Pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya agar potensi yang dimiliki dari masing-masing anak dapat dimaksimalkan pencapaiannya.
  • Dalam pengambilankeputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness), terbiasa dengan managemen diri, kemampuan berelasi, mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab, kesadaran sosial dengan baik. Guru yang memiliki sosial emosional yang baik akan menunjukkan integritas dalam mengambil keputusan. Kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran dan perilaku dalam hal atau situasi apapun menjadikan tujuan tercapai termasuk dalam pengambilan keputusan sehingga dalam menghantarkan muridnya menuju profil pelajar Pancasila tercapai.
  • Pengambilan keputusan dengan keterampilan coaching, coach harus memiliki keterampilan menggali kemampuan orang lain dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi coachee. Keterampilan coaching tersebuat diantaranya yaitu mampu memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki pembawaan yang positif, kemampuan mendengarkan dan memotivasi, bisa memandu percakapan, berkomitmen untuk terus belajar. Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan alur Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggungjawab (TIRTA).
  • Dalam penyelesaian permasalahan perlu adanya tahapan yang dilakukan yaitu analisa 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Prinsip tersebut harus tetap berpihak pada murid, dapat dipertanggung jawabkan dan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?



·       Perbedaan anatar dilema etika dan bujukan moral yang sudah sangat jelas. Dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan keduanya secara moral benar namun saling bertentangan. Sedangkan bujukan moral yaitu situasi dimana sesorang harus mengambil keputusan antara benar atau salah.

·       4 Paradigma pengambilan keputusan yaitu

o  Individu lawan kelompok (individual vs community)

o  Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

o  Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

o  Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

·         3 Prinsip pengambilan keputusan yaitu

o  Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

o  Berpikir BerbasisPeraturan (Rule-Based Thinking)

o  Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

 

·     9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan

1.   Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan

2.   Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3.   Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini

4.   Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)

5.   Pengujian paradigma benar atau salah

6.   Prinsip pengambilan keputusan

7.   Investigasi tri lema

8.   Buat keputusan

9.   Meninjau kembali keputusan dan refleksikan

 

Dalam pengambilan keputusan prinsip berpihak kepada murid tetap menjadi pedoman didalamnya, tidak hanya dapat di pertanggung jawabkan, nilai-nilai kebajikan juga dijunjung tinggi. Hal tak terduga setelah mempelajari modul ini yakni pengambilan keputusan tidak hanya menarik kesimpulan dengan mengambil jalan terbaik. Ada beberapa tahapan yang digunakan untuk meminimalisir terjadinya kegagalan dalam mencari solusi.

 

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah. Hal-hal yang dibahas dalam modul ini banyak dan sering terjadi permasalahan yang ada dalam kehidupan. Perbedaan ketika sebelum mempelajari modul ini, kita dalam mengambil keputusan hanya sekedar menganalisi, mencari saran dari yang lebih senior ataupun mencari solusi melalui musyawarah mufakat. Setelah mempelajari modul, kita lebih tahu tahapan yang tepat dari pengambilan keputusan dengan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak setelaj mempelajari modul ini yaitu dalam pengambilan keputusan lebih yakin dan mantab karena sudah mengetahui proses yang harus dijalankan. Selama ini, sebelum mempelajari modul saya dalam mengambil keputusan masih adanya keraguan, belum adanya kepercayaan dalam diri dalam mencari solusi.

Seperti layaknya orang yang belum berpedoman pasti masih kesana kemari dalam pengambilann keputusan. Setelah mempelajari modul, dirasa dampak yang ada yaitu meminimalisir dampak negatif yang akan terjadi karena sudah melalui beberapa tahapan pengujian.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Mempelajari modul ini sangatlah penting sebagai individu maupun pemimpin. Hal ini dikarenakan manusia tak luput dari permasalahan. Baik itu permasalahan yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Dalam permasalahan kita pasti akan mencari solusi terbaik, mencari solusi dengan langkah dan tahapan yang tepat, memaksimalkan dampak positif yang ditimbulkan dari pengambilan keputusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar